PERSIAPAN RAHASIA KE TIMTIM
Hebatnya jaringan intelijen Indonesia saat itu adalah mampu menutupi operasi militer terbatas yang tengah digelar diperbatasan Timor Portugis. Bahkan hingga dilingkungan ABRI sendiri, tidak banyak yang tahu apa yang tengah dilakukan operasi yang bersandi Komodo disana. Dikemudian hari sambil mencoba menemukan benang merahnya, Nanok menduga bahwa latihan perebutan pangkalan yang dilaksanakan Kopasgat di Branti, Lampung Selatan saat Latgab ABRI 17 Februari 1975, merupakan bagian dari persiapan Operasi Seroja. "Saya sama sekali tidak tahu ada rencana melakukan operasi ke Timor. Disatuan saya di Wing 1 saat itu semua berjalan seperti biasa, berlatih dan berlatih, kenang Nanok.
Dalam latihan tersebut, jatuh korban setelah pesawat P-51 Mustang yang diterbangkan Lettu Pnb. Effendi yang juga teman satu angkatan Nanok jatuh diujung runway Lanud Branti. Nahas terjadi tepat pukul 15.30 WIB sesaat setelah lepas landas menuju Lanuma Halim Perdanakusumah. Nanok masih ingat saat istirahat makan siang sambil ngobrol diseputaran base-ops bersama anggota Kopasgat, almarhum mengatakan bahwa habis ini akan mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Kapten Pnb. Anumerta Effendy kemudian dimakamkan di TMP Madiun.
Hebatnya jaringan intelijen Indonesia saat itu adalah mampu menutupi operasi militer terbatas yang tengah digelar diperbatasan Timor Portugis. Bahkan hingga dilingkungan ABRI sendiri, tidak banyak yang tahu apa yang tengah dilakukan operasi yang bersandi Komodo disana. Dikemudian hari sambil mencoba menemukan benang merahnya, Nanok menduga bahwa latihan perebutan pangkalan yang dilaksanakan Kopasgat di Branti, Lampung Selatan saat Latgab ABRI 17 Februari 1975, merupakan bagian dari persiapan Operasi Seroja. "Saya sama sekali tidak tahu ada rencana melakukan operasi ke Timor. Disatuan saya di Wing 1 saat itu semua berjalan seperti biasa, berlatih dan berlatih, kenang Nanok.
Dalam latihan tersebut, jatuh korban setelah pesawat P-51 Mustang yang diterbangkan Lettu Pnb. Effendi yang juga teman satu angkatan Nanok jatuh diujung runway Lanud Branti. Nahas terjadi tepat pukul 15.30 WIB sesaat setelah lepas landas menuju Lanuma Halim Perdanakusumah. Nanok masih ingat saat istirahat makan siang sambil ngobrol diseputaran base-ops bersama anggota Kopasgat, almarhum mengatakan bahwa habis ini akan mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Kapten Pnb. Anumerta Effendy kemudian dimakamkan di TMP Madiun.
Dalam operasinya, tugas dan tanggungjawab Kopasgat memang lebih ditujukan untuk merebut, mempertahankan, dan mengoperasikan pangkalan udara depan. Konsep operasi ini sekarang oleh Paskhas disebut OP3UD (Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan). Karena itulah menjadi vital bagi setiap prajurit Paskhas minimal memiliki kualifikasi Para-komando agar dapat melaksanakan tugas secara profesional, yang kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai spesialisasinya seperti meteorologi, navigasi, komunikasi, dan elektronika.
Mengikut rencana operasi yang disiapkan Mabes ABRI sejak awal tahun 1975 secara hati-hati itu, Mako Kopasgat secara simultan juga mempersiapkan diri secara terbatas. Beberapa kali rapat terbatas yang dipimpin Pangllima Komando Tugas Gabungan (Pangkogasgab) Brigjen TNI Suweno di Intejen Hankam, diikuti oleh perwira Kopasgat. Kapten Psk. Pangabalan Silaen, Kepala Biro Operasi Mako Kopasgat menghadiri setidaknya tiga kali pertemuan.
Satu hal penting yang dicatat Silaen dalam pertemuan itu adalah, rencana operasi yang akan digelar berupa operasi lintas udara terbatas. Entah kenapa seingat Silaen, tidak dibicarakan sama sekali penerjunan massif pasukan payung seperti yang digelar pada hari H 7 Desember 1975. Padahal sesuai dengan penjelasan sejumlah literatur, bahwa sedari awal disadari untuk kampanye militer terbuka dibutuhkan pasukan yang sangat besar, setidaknya 4 Brigade Angkatan Darat.
Realisasi dari perbicaraan itu bisa dilihat dari terbatasnya pula kesiapan yang dilakukan dilingkungan Kopasgat. Saat itu, Kopasgat hanya menyiapkan satu Gugus Tempur yang diambil dari Markas Gugus, satu tim Dallan, satu tim Dalpur untuk Dilli dan satu gugus lagi untuk Baucau. Mungkin karena penerjunan dalam skala kecil. Tim Dallan-Dalpur dinilai cukup dilindungi oleh satuan tempur dari AD.
Mako Kopasgat membentuk masing-masing 2 Tim Dallan dan Dalpur. Pembentukan ini menyusul dibentuknya Gugus A dari Wing 1 Lanud Hussein dan Gugus B dari Wing 2 Lanud Halim, yang dikemudian hari menjadi Detasemen A dan B. Dimasing-masing Gugus dimasukkan satu Tim Dallan dan satu Tim Dalpur. Dipercaya sebagai Komandan Gugusan Tugas A Kapten Psk.Sulistyo dan Gugus B Kapten Psk.Afendy
Personel tim ini diambil dari beberapa kesatuan dilingkungan Kopasgat yaitu :
- Yon Perhubungan Mako Kopasgat (Spesialisasi Radio Darat, Air Traffic Cintroller, Montir Radio, Weather Observer, HUbungan Lapangan)
- Yon Kesehatan Mako Kopasgat (Perbekalan dan Kesehatan Lapangan)
- Yon Logistik Mako Kopasgat (Perbekalan Udara, Angkutan Bermotor, Angkutan Udara)
- Yon B Wing 1/Kopasgat (Zeni Lapangan, Perminyakan, Pemdam Kebakaran)
Penantian yang belum ada kepastian ini cukup menguras emosi personel yang ditunjuk. Mareka tahu akan diterjunkan ke medan operasi, namun tidak tahu kemana, dimana, dan kapan? Mereka dibekali dengan ransel yang sudah penuh berisi korlap dan perlengkapan tempur. Selama beberapa bulan, ransel itu hanya menjadi bantal guling di mess.
SERBA BURU-BURU
Hari : -3
Tanggal : 4 Desember 1975
Waktu : 0900 WIT
Menhankam/Pangab Jenderal TNI M.Panggabean mendarat di Kupang dengan menggunakan pesawat Fokker F-28 Pelita Air Service. Kehadiran Pangab adalah untuk memberikan briefing terakhir kepada pelaku dan unsur kesatuan yang dilibatkan dalam Operasi Seroja.
Dihari dan waktu yang sama, pukul 11.00 WIB di Ksatrian Sukani, diadakan apel yang dipimpin langsung oleh Komandan Wing 1 Letkol Psk.Suparno. Saat pemeriksaan pasukan, Dan Wing menghampiri Nanok,
"Nok, Kompi mu akan segera diberangkatkan. Pilih anak buahmu yang terbaik. Laksanakan sebaik-baiknya!"
"Siap Komandan!"
Dalam pelaksanannya, kompi in tergabung ke dalam Detasemen A bersama Tim Dallan dan Dalpur yang sudah 2 bulan dipersiapkan. Menerima perintah ini, ada rasa kaget bercampur senang dihati Nanok karena sebagai tentara sebentar lagi akan merasakan pertempuran sesungguhnya. Namun galau karena belum melakukan persiapan apa-apa, seperti halnya personel yang lain, Nanok tidak bisa membayangkan seperti apa nantinya mereka disana. Mereka sama sekali buta dengan kondisi Timtim, yang katanya sungainya lebar-lebar dan gampang meluap dimusim hujan. Katanya juga ada banyak buayanya di sungai. Apalagi ini adalah operasi pembuka, dimana mereka akan menjadi bagian dari prajurit-prajurit pertama ABRI yang akan diterjunkan di medan tempur. Tidak banyak data intelijen yang bisa mereka jadikan pedoman untuk menyiapkan rencana operasi. Sementara itu, lokasi pemberangkatan sudah ditetapkan di Lanud Iswahjudi Madiun.
Saat itu, komposisi pasukan yang akan diberangkatkan ke Dilli sudah lengkap. Ditunjuk sebagai Komandan Detasemen adalah Kapten Psk.Pangabalan Silaen dengan wakil Kapten Psk.Sudadio. Tugas pokok Detasemen A adalah merebut, mengamankan dan mengoperasikan lapangan udara Dilli untuk mendukung operasi lanjutan. Sedianya ditunjuk sebagai komandan adalah Kapten Psk.Sulistyo, namun kecelakaan yang dihadapinya ketika latihan menembak menyebabkan posisinua digantikan oleh Silaen.
Akibatnya jika dibandingkan dengan personel lainnya, persiapan Silaen termasuk seadanya. Dikarenakan ia perwira senior dibagian operasi waktu itu, tidak ada pilihan lain dan jatuh kepadanya. Kapten Psk.Pangabalan Silaen merupakan lulusan PK Kopasgat tahun 1965. Silaen adalah lulusan Sekolah Tinggi Olahraga di Medan, masuk ABRI untuk menjawab permintaan pemerintah yang membutuhkan banyak tenaga untuk persiapan menghadapi konflik dengan negara-negara tetangga. Dari 70 orang teman satu lichting Silaen, 30 orang diantaranya menjadi perwira di Kopasgat. Silaen juga adalah salah seorang perwira Kopasgat yang mengikuti pendidikan Komando di RPKAD. Berturut-turut susunan perwira operasi adalah sebagai berikut :
Komandan : Kapten Psk. Pangabalan Silaen
Wakil Komandan : Kapten Psk.Sudadio
Kasi 1/Operasi : Kapten Psk.Djoko Budiman
Kasi 2/Intelijen : Capa Rustam Efendy
Kasi 3/Personel : Capa Hidayat
Kasi 4/Logistik : Capa Sidharta
Kelompok Dalpur dipimpin oleh Letda Psk.Katamsi beranggotakan 7 personel. Kelompok Dallan dengan komandan Lettu Psk.A.Karim beranggotakan 33 personel. Kompi Tempur dengan komandan Kpaten Psk. Nanok Soeratno membawahi satu kelompok komando kompi beranggotakan 13 personel + 3 peleton. Danton 1 Capa FX.Hartono, Danton 2 Capa Benu Santoso, dan Danton 3 Peltu Oman Erawan. Setiap peleton berkekuatan 30 personel.
Adapun Detasemen B dipimpin Kapten Psk.Afendy, wakil Kapten Psk. Jack Hidayat, dengan komposisi organisasi Kasi 1-2 Kapten Psk.Budhy Santoso, Kasi 3-4 Kapten Psk.Edison Siagian. Selaku komandan kompi tempur adalah Kapten Psk.Wahyu Wijaya dengan kekuatan masing-masing tiga peleton tempur dibawah pimpinan Laetda Psk.Daromi sebagai Danton1, Danton 2 Peltu Surip, dan Danton 3 Peltu Supandi.
Persiapan terus berlanjut sehingga sore hari. Perwira dipersenjatai dengan AK-47 7.62mm dan pistol M-45. Setidaknya setiap personel membawa 6 magazine cadangan terisi penuh, ditambah 3 magazine yang terikat di senapan masing-masing. Perlengkapan lainnya termasuk parasut T-10 lengkap dengan cadangannya Type 7A. Setiap peleton juga dilengkapi dengan radio PRC-77 dengan frekuensi VHF-FM. Disiapkan pula ransel tempur yang sudah penuh terisi makanan kaleng T2 untuk 2 hari. Setiap orang juga mendapat uang sebesar Rp 5.000. Total beban diransel ini menjadikan ransel begitu berat sekali. Serka Sapri melukiskan, "Saya sampai tidak sanggup menegakkan tulang punggung dengan semua perlengkapan nempel ditubuh saat inspeksi oleh KSAU Marsekal TNI Saleh Basarah di Lanud Iswahjudi tanggal 7 Desember pagi hari". Begitu juga Kpaten Psk.Budhy Santoso yang akan diterjunkan di Baucau pada H+3, "Saya sampai harus ditarik jump master saat menaiki rampdoor Hercules".
5 Desember 1975, Detasemen A diinspeksi oleh Brigjen TNI Suweno didampingi DanKopasgat Marsma TNI Suprantijo dan staf di Mako Wing 1.
Sebelum berangkat Nanok berpamitan kepada istrinya, "Saya akan berangkat ke Timtim, targetnya di drop di Dilli." Mungkin karena sesama tentara (istri Nanok merupakan perwira Kowad berpangkat Kapten yang mengambil pensiun dini setelah kelahiran anak pertamanya), sang istri dengan cepat memahami apa yang akan dilaksanakan suaminya.
BERANGKAT KE DILLI
Pagi hari tanggal 6 Desember 1975, apel pelepasan dipimpin oleh Dan Wing 1 Letkol Psk.Suparno. Usai apel, anggota menerima instuksi untuk menyerahkan semua atribut militer seperti KTA, tanda pangkat, badge, dan lain-lain yang berhubungan dengan dengan identitas kemiliteran personel. Itu dikarenakan mereka akan diterjunkan sebagai sukarelawan.
Dengan menggunakan 2 C-130 Hercules, mereka diterbangkan ke pangkalan aju di Lanud Iswahjudi Madiun. Setelah mendarat dan dembarkasi, Nanok melihat sudah banyak pasukan disana. "Rasanya otak saya sudah seperti mau ke Irian saja". kata Nanok menyebut seakan-akan ke Irian, mengutip cerita yang pernah disampaikan oleh seniornya yang pernah dikirim dalam Operasi Trikora.
Setibanya di Madiun, Detasemen A menempati lahan komplek Yon B Kopasgat Lanud Iswahjudi. Sebanyak 270 personel dari Kopassandha dan 258 personil Yonif 501/Raiders sudah menempati sebagian besar areal pangkalan. Seperti halnya Kopasgat, Kopassandha juga menggunakan AK-47 sementara Raiders menggunakan Colt M16 5.56mm.
Ketika operasi berlangsung, penerjunan sortie pertama mendapat perlawanan sengit dari darat. Unsur pendadakan yang menjadi kelebihan serangan lintas udara tidak tercapai, karena rupanya sudah terendus pihak Fretilin yang sudah siaga penuh. Akibatnya pasukan yang sedang melayang di udara banyak jatuh korban, bahkan beberapa diantaranya tidak sempat meletuskan senjatanya karena terlanjur gugur. Penerjunan sortie pertama ini menewaskan 56 personil Kopassandha/Raiders yang terlibat pertempuran sengit model urban. Enam Hercules juga terkena tembakan dari darat dan mengalami kerusakan ringan. Salah satu Hercules T-1308 yang tengah melintas ditengah landasan membatalkan penerjunan, sehingga 78 personil Kopassandha pimpinan Lettu Inf. Luhut Panjaitan batal terjun.
Dengan batalnya sortie 3 otomatis Detasemen A Kopasgat juga batal terjun, padahal kehadiran Kopasgat sangat direncanakan untuk menghidupkan lapangan udara Dilli.
Dua rencana kemudian disusun untuk mengirim Kopasgat memasuki Dilli. Tim Dalpur dan Dallan diprioritaskan untuk segera diberangkatkan menggunakan Dakota ke Dilli, sedangkan kompi tempur dan staf detasemen diberangkatkan belakangan.
Menjelang siang sebelum Tim Dallan dan Dalpur tiba dilokasi, Mayjen TNI Benny Moerdani sudah melakukan inspeksi ke Dilli menumpang pesawat Britten Norman BN-2A Islander milik Dirgantara Air Service. Pesawat ini dipiloti oleh Mayor Pnb.Djatmiko. Keputusan Pak Benny ini dinilai sangat berani karena saat itu Dilli belum dikuasai sepenuhnya, pertempuran pun masih berkecamuk. Begitupun, lapangan terbang Dilli juga belum dikuasai oleh Detasemen Kopasgat sehinga kontrol penerbangan sama sekali belum ada. Tapi tentu bukan Benny Moerdani namanya kalau tidak berani menemui pasukannya dimedan tempur.
Meski perasaannya bercampur aduk saat itu, Nanok tidak memungkiri bahwa penugasannya di Timtim merupakan kebanggaan tersendiri baginya. Bangga karena termasuk kedalam gelombang pasukan pertama yang didaratkan.
"Nasib kami lebih baik dibanding teman-teman Marinir yang didaratkan dipantai, atau Linud dan Kopassandha yang diterjunkan dari pesawat, sekian persen dari mereka sudah hilang sebelum sempat meletuskan senapannya, resiko seperti itu sudah sangat dipahami," kenang Nanok. Bersambung..
Mengikut rencana operasi yang disiapkan Mabes ABRI sejak awal tahun 1975 secara hati-hati itu, Mako Kopasgat secara simultan juga mempersiapkan diri secara terbatas. Beberapa kali rapat terbatas yang dipimpin Pangllima Komando Tugas Gabungan (Pangkogasgab) Brigjen TNI Suweno di Intejen Hankam, diikuti oleh perwira Kopasgat. Kapten Psk. Pangabalan Silaen, Kepala Biro Operasi Mako Kopasgat menghadiri setidaknya tiga kali pertemuan.
Satu hal penting yang dicatat Silaen dalam pertemuan itu adalah, rencana operasi yang akan digelar berupa operasi lintas udara terbatas. Entah kenapa seingat Silaen, tidak dibicarakan sama sekali penerjunan massif pasukan payung seperti yang digelar pada hari H 7 Desember 1975. Padahal sesuai dengan penjelasan sejumlah literatur, bahwa sedari awal disadari untuk kampanye militer terbuka dibutuhkan pasukan yang sangat besar, setidaknya 4 Brigade Angkatan Darat.
Realisasi dari perbicaraan itu bisa dilihat dari terbatasnya pula kesiapan yang dilakukan dilingkungan Kopasgat. Saat itu, Kopasgat hanya menyiapkan satu Gugus Tempur yang diambil dari Markas Gugus, satu tim Dallan, satu tim Dalpur untuk Dilli dan satu gugus lagi untuk Baucau. Mungkin karena penerjunan dalam skala kecil. Tim Dallan-Dalpur dinilai cukup dilindungi oleh satuan tempur dari AD.
Mako Kopasgat membentuk masing-masing 2 Tim Dallan dan Dalpur. Pembentukan ini menyusul dibentuknya Gugus A dari Wing 1 Lanud Hussein dan Gugus B dari Wing 2 Lanud Halim, yang dikemudian hari menjadi Detasemen A dan B. Dimasing-masing Gugus dimasukkan satu Tim Dallan dan satu Tim Dalpur. Dipercaya sebagai Komandan Gugusan Tugas A Kapten Psk.Sulistyo dan Gugus B Kapten Psk.Afendy
Personel tim ini diambil dari beberapa kesatuan dilingkungan Kopasgat yaitu :
- Yon Perhubungan Mako Kopasgat (Spesialisasi Radio Darat, Air Traffic Cintroller, Montir Radio, Weather Observer, HUbungan Lapangan)
- Yon Kesehatan Mako Kopasgat (Perbekalan dan Kesehatan Lapangan)
- Yon Logistik Mako Kopasgat (Perbekalan Udara, Angkutan Bermotor, Angkutan Udara)
- Yon B Wing 1/Kopasgat (Zeni Lapangan, Perminyakan, Pemdam Kebakaran)
Penantian yang belum ada kepastian ini cukup menguras emosi personel yang ditunjuk. Mareka tahu akan diterjunkan ke medan operasi, namun tidak tahu kemana, dimana, dan kapan? Mereka dibekali dengan ransel yang sudah penuh berisi korlap dan perlengkapan tempur. Selama beberapa bulan, ransel itu hanya menjadi bantal guling di mess.
SERBA BURU-BURU
Hari : -3
Tanggal : 4 Desember 1975
Waktu : 0900 WIT
Menhankam/Pangab Jenderal TNI M.Panggabean mendarat di Kupang dengan menggunakan pesawat Fokker F-28 Pelita Air Service. Kehadiran Pangab adalah untuk memberikan briefing terakhir kepada pelaku dan unsur kesatuan yang dilibatkan dalam Operasi Seroja.
Dihari dan waktu yang sama, pukul 11.00 WIB di Ksatrian Sukani, diadakan apel yang dipimpin langsung oleh Komandan Wing 1 Letkol Psk.Suparno. Saat pemeriksaan pasukan, Dan Wing menghampiri Nanok,
"Nok, Kompi mu akan segera diberangkatkan. Pilih anak buahmu yang terbaik. Laksanakan sebaik-baiknya!"
"Siap Komandan!"
Dalam pelaksanannya, kompi in tergabung ke dalam Detasemen A bersama Tim Dallan dan Dalpur yang sudah 2 bulan dipersiapkan. Menerima perintah ini, ada rasa kaget bercampur senang dihati Nanok karena sebagai tentara sebentar lagi akan merasakan pertempuran sesungguhnya. Namun galau karena belum melakukan persiapan apa-apa, seperti halnya personel yang lain, Nanok tidak bisa membayangkan seperti apa nantinya mereka disana. Mereka sama sekali buta dengan kondisi Timtim, yang katanya sungainya lebar-lebar dan gampang meluap dimusim hujan. Katanya juga ada banyak buayanya di sungai. Apalagi ini adalah operasi pembuka, dimana mereka akan menjadi bagian dari prajurit-prajurit pertama ABRI yang akan diterjunkan di medan tempur. Tidak banyak data intelijen yang bisa mereka jadikan pedoman untuk menyiapkan rencana operasi. Sementara itu, lokasi pemberangkatan sudah ditetapkan di Lanud Iswahjudi Madiun.
Saat itu, komposisi pasukan yang akan diberangkatkan ke Dilli sudah lengkap. Ditunjuk sebagai Komandan Detasemen adalah Kapten Psk.Pangabalan Silaen dengan wakil Kapten Psk.Sudadio. Tugas pokok Detasemen A adalah merebut, mengamankan dan mengoperasikan lapangan udara Dilli untuk mendukung operasi lanjutan. Sedianya ditunjuk sebagai komandan adalah Kapten Psk.Sulistyo, namun kecelakaan yang dihadapinya ketika latihan menembak menyebabkan posisinua digantikan oleh Silaen.
Akibatnya jika dibandingkan dengan personel lainnya, persiapan Silaen termasuk seadanya. Dikarenakan ia perwira senior dibagian operasi waktu itu, tidak ada pilihan lain dan jatuh kepadanya. Kapten Psk.Pangabalan Silaen merupakan lulusan PK Kopasgat tahun 1965. Silaen adalah lulusan Sekolah Tinggi Olahraga di Medan, masuk ABRI untuk menjawab permintaan pemerintah yang membutuhkan banyak tenaga untuk persiapan menghadapi konflik dengan negara-negara tetangga. Dari 70 orang teman satu lichting Silaen, 30 orang diantaranya menjadi perwira di Kopasgat. Silaen juga adalah salah seorang perwira Kopasgat yang mengikuti pendidikan Komando di RPKAD. Berturut-turut susunan perwira operasi adalah sebagai berikut :
Komandan : Kapten Psk. Pangabalan Silaen
Wakil Komandan : Kapten Psk.Sudadio
Kasi 1/Operasi : Kapten Psk.Djoko Budiman
Kasi 2/Intelijen : Capa Rustam Efendy
Kasi 3/Personel : Capa Hidayat
Kasi 4/Logistik : Capa Sidharta
Kelompok Dalpur dipimpin oleh Letda Psk.Katamsi beranggotakan 7 personel. Kelompok Dallan dengan komandan Lettu Psk.A.Karim beranggotakan 33 personel. Kompi Tempur dengan komandan Kpaten Psk. Nanok Soeratno membawahi satu kelompok komando kompi beranggotakan 13 personel + 3 peleton. Danton 1 Capa FX.Hartono, Danton 2 Capa Benu Santoso, dan Danton 3 Peltu Oman Erawan. Setiap peleton berkekuatan 30 personel.
Adapun Detasemen B dipimpin Kapten Psk.Afendy, wakil Kapten Psk. Jack Hidayat, dengan komposisi organisasi Kasi 1-2 Kapten Psk.Budhy Santoso, Kasi 3-4 Kapten Psk.Edison Siagian. Selaku komandan kompi tempur adalah Kapten Psk.Wahyu Wijaya dengan kekuatan masing-masing tiga peleton tempur dibawah pimpinan Laetda Psk.Daromi sebagai Danton1, Danton 2 Peltu Surip, dan Danton 3 Peltu Supandi.
Persiapan terus berlanjut sehingga sore hari. Perwira dipersenjatai dengan AK-47 7.62mm dan pistol M-45. Setidaknya setiap personel membawa 6 magazine cadangan terisi penuh, ditambah 3 magazine yang terikat di senapan masing-masing. Perlengkapan lainnya termasuk parasut T-10 lengkap dengan cadangannya Type 7A. Setiap peleton juga dilengkapi dengan radio PRC-77 dengan frekuensi VHF-FM. Disiapkan pula ransel tempur yang sudah penuh terisi makanan kaleng T2 untuk 2 hari. Setiap orang juga mendapat uang sebesar Rp 5.000. Total beban diransel ini menjadikan ransel begitu berat sekali. Serka Sapri melukiskan, "Saya sampai tidak sanggup menegakkan tulang punggung dengan semua perlengkapan nempel ditubuh saat inspeksi oleh KSAU Marsekal TNI Saleh Basarah di Lanud Iswahjudi tanggal 7 Desember pagi hari". Begitu juga Kpaten Psk.Budhy Santoso yang akan diterjunkan di Baucau pada H+3, "Saya sampai harus ditarik jump master saat menaiki rampdoor Hercules".
5 Desember 1975, Detasemen A diinspeksi oleh Brigjen TNI Suweno didampingi DanKopasgat Marsma TNI Suprantijo dan staf di Mako Wing 1.
Sebelum berangkat Nanok berpamitan kepada istrinya, "Saya akan berangkat ke Timtim, targetnya di drop di Dilli." Mungkin karena sesama tentara (istri Nanok merupakan perwira Kowad berpangkat Kapten yang mengambil pensiun dini setelah kelahiran anak pertamanya), sang istri dengan cepat memahami apa yang akan dilaksanakan suaminya.
BERANGKAT KE DILLI
Pagi hari tanggal 6 Desember 1975, apel pelepasan dipimpin oleh Dan Wing 1 Letkol Psk.Suparno. Usai apel, anggota menerima instuksi untuk menyerahkan semua atribut militer seperti KTA, tanda pangkat, badge, dan lain-lain yang berhubungan dengan dengan identitas kemiliteran personel. Itu dikarenakan mereka akan diterjunkan sebagai sukarelawan.
Dengan menggunakan 2 C-130 Hercules, mereka diterbangkan ke pangkalan aju di Lanud Iswahjudi Madiun. Setelah mendarat dan dembarkasi, Nanok melihat sudah banyak pasukan disana. "Rasanya otak saya sudah seperti mau ke Irian saja". kata Nanok menyebut seakan-akan ke Irian, mengutip cerita yang pernah disampaikan oleh seniornya yang pernah dikirim dalam Operasi Trikora.
Setibanya di Madiun, Detasemen A menempati lahan komplek Yon B Kopasgat Lanud Iswahjudi. Sebanyak 270 personel dari Kopassandha dan 258 personil Yonif 501/Raiders sudah menempati sebagian besar areal pangkalan. Seperti halnya Kopasgat, Kopassandha juga menggunakan AK-47 sementara Raiders menggunakan Colt M16 5.56mm.
Ketika operasi berlangsung, penerjunan sortie pertama mendapat perlawanan sengit dari darat. Unsur pendadakan yang menjadi kelebihan serangan lintas udara tidak tercapai, karena rupanya sudah terendus pihak Fretilin yang sudah siaga penuh. Akibatnya pasukan yang sedang melayang di udara banyak jatuh korban, bahkan beberapa diantaranya tidak sempat meletuskan senjatanya karena terlanjur gugur. Penerjunan sortie pertama ini menewaskan 56 personil Kopassandha/Raiders yang terlibat pertempuran sengit model urban. Enam Hercules juga terkena tembakan dari darat dan mengalami kerusakan ringan. Salah satu Hercules T-1308 yang tengah melintas ditengah landasan membatalkan penerjunan, sehingga 78 personil Kopassandha pimpinan Lettu Inf. Luhut Panjaitan batal terjun.
Dengan batalnya sortie 3 otomatis Detasemen A Kopasgat juga batal terjun, padahal kehadiran Kopasgat sangat direncanakan untuk menghidupkan lapangan udara Dilli.
Dua rencana kemudian disusun untuk mengirim Kopasgat memasuki Dilli. Tim Dalpur dan Dallan diprioritaskan untuk segera diberangkatkan menggunakan Dakota ke Dilli, sedangkan kompi tempur dan staf detasemen diberangkatkan belakangan.
Menjelang siang sebelum Tim Dallan dan Dalpur tiba dilokasi, Mayjen TNI Benny Moerdani sudah melakukan inspeksi ke Dilli menumpang pesawat Britten Norman BN-2A Islander milik Dirgantara Air Service. Pesawat ini dipiloti oleh Mayor Pnb.Djatmiko. Keputusan Pak Benny ini dinilai sangat berani karena saat itu Dilli belum dikuasai sepenuhnya, pertempuran pun masih berkecamuk. Begitupun, lapangan terbang Dilli juga belum dikuasai oleh Detasemen Kopasgat sehinga kontrol penerbangan sama sekali belum ada. Tapi tentu bukan Benny Moerdani namanya kalau tidak berani menemui pasukannya dimedan tempur.
Meski perasaannya bercampur aduk saat itu, Nanok tidak memungkiri bahwa penugasannya di Timtim merupakan kebanggaan tersendiri baginya. Bangga karena termasuk kedalam gelombang pasukan pertama yang didaratkan.
"Nasib kami lebih baik dibanding teman-teman Marinir yang didaratkan dipantai, atau Linud dan Kopassandha yang diterjunkan dari pesawat, sekian persen dari mereka sudah hilang sebelum sempat meletuskan senapannya, resiko seperti itu sudah sangat dipahami," kenang Nanok. Bersambung..
Demikianlah Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 5) Mudah - mudah bermanfaat buat sahabat sekalian.
Jika Anda menyukai Artikel di Website ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan GRATIS via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Inspirasi Tanpa Henti
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Yang Bijak dan Bermanfaat