20 October 2014

Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 6)

8:05 PM

6 BULAN AMANKAN LANUD DILLI
Dalam ilmu perang modern, lapangan terbang dikenal sebagai pusat gravitasi yang sangat penting. Itulah sebabnya dalam peperangan modern, lapangan terbang selalu menjadi targat sasaran utama untuk dihancurkan maupun dikuasai.

Karena itu tanggal 7 Desember, diberangkatkan dari Kupang dua C-47 Dakota yang sudah dimodifikasi menjadi gunship untuk membawa dua tim Dallan dan Dalpur. Pesawat pertama dengan registrasi T-485 dipiloti Kapten Pnb.Abdul Muluk dengan co-pilot Lettu Pnb.Sjahrul Bimbi. Pesawat kedua dengan registrasi T-485 diterbangkan oleh Kapten Pnb.Djakarsih.

T-485 mendarat lebih dulu. Pasukan segera keluar dari pesawat dengan cara mobud dan lari kearah tower diikuti Kolonel Psk.Sukarseno. Dalam operasi mobud, personil diperintahkan loncat dari pesawat saat masih bergerak, "Saya akan ikut kalian!" Sukarseno berkata kepada anak buahnya.


Sukarseno mengikuti anak buahnya mencapai tower dan menunggu disana. Tiba-tiba entah dari arah mana, Dakota dihujani mortir. Tanpa pikir panjang, Kapten Pnb.Djarkasih langsung menarik thorottle dan membesut pesawat segera lepas landas. Djarkasih tidak lupa menginformasikan kepada pesawat kedua agar pendaratan dibatalkan karena situasi yang tidak memungkinkan. Karena T-486 terbang terburu-buru, akibatnya Kolonel Sukarseno tertinggal di Dilli. Beruntung dia masih bisa kembali ke Kupang dengan menumpang sebuah pesawat ringan.

Sebagai pasukan elit dengan spelisasi mengoperasikan pangkalan udara, Dallan langsung melaksanakan tugasnya. Berbagai upaya dilakukan untuk segera mengaktifkan pangkalan. Mereka berusaha mencari alat-alat komunikasi seperti radio marconi di kampung Arab yang tidak jauh dari pangkalan. Anggota Dalpur dan Dallan juga menyiapkan perangkat lunak. Sore itu juga sekitar pukul 17.00 WITA dilakukan serah terima pengamanan Lanud Dilli dari Tim Parako Kopassandha, dalam hal ini Lettu Inf.Sunarko kepada Tim Dallan dan Dalpur. Penyerahan diterima oleh Lettu Lek.Abdul Karim Yusuf di base-ops.

Dua bukit yang berada di sisi pangkalan, jika diduduki Fretilin bisa menjadi ancaman yang membahayakan operasi penerbangan. Bukit pertama disisi kiri diberi kode Cot 81 dan yang kanan Cot 737. Jika melihat persenjataan yang ada di Kopasgat saat itu, posisi mereka agak lemah. Dengan hanya bermodalkan AK-47 yang sangat bagus untuk pertempuran jarak dekat, Fretilin bisa dengan sangat leluasa melakukan tembakan dari jarak jauh tanpa bisa dibalas. Oleh karena itu, Mako Kopasgat memindahkan senapan mesin DSHK-38 12.7x107mm dan peluncur roket dari peleton Hanud Batalyon A Malang yang saat itu bertugas di Lanud Penfui ke Dilli untuk memperkuat pos Kopasgat di Cot 737. Sebelumnya, Fretilin sambil mengejek bisa seenaknya menembaki posisi Kopasgat dan Kopassandha tanpa khawatir akan terkena balasan dari AK-47. Kini situasi berbalik dengan tibanya DSHK38. Ketika senapan mesin Soviet ini menyalak, menggaruk posisi Fretilin, ganti kami yang berteriak mencemoh mereka.


BAUCAU H+3
Tiga hari setelah penerjunan di Dilli, kembali dilaksanakan operasi Linud di Baucau tanggal 10 Desember 1975. Baucau adalah kota kedua terbesar di Timtim yang akan direbut untuk digunakan sebagai pangkalan aju bagi operasi-operasi selanjutnya. Baucau yang memiliki landasan lebih panjang dari di Dilli, akan dijadikan sebagai jembatan udara dari Kupang dan Jawa. Dari Baucau juga direncanakan gerakan pasukan darat ke Lospalos, Lautem, dan Viqueque.

Satgas B dimana salah satu elemennya adalah Detasemen B/Kopasgat dipimpin oleh Letkol Inf.Soegiarto, Komandan Brigif Linud 17/Kostrad. Satgas ini membawahi Yonif Linud 328/Kujang, Yonif Linud 330/Kujang, dan Yonif Linud 401/Raiders. Pasukan lain yang memperkuat adalah Batalyon 2 Pendarat Marinir dan Detasemen B Kopasgat.

Jika dalam penerjunan pertama di Dilli 7 Desember, pasukan Linud tidak disertai oleh Tim Dalpur dan Dallan, maka di Baucau ini penerjunan sudah diikutkan. Tim yang terdiri dari Pelda Nirwana, Koptu Mukhtar, Koptu, Kusnadi, Kopda Pranoto, dan Sertu Empang diterjunkan berbarengan dengan penerjunan Linud 328. Diantara kelima orang ini, Sertu Empang merupakan satu-satunya dengan spesialisasi air traffic controller. Tim kecil beranggotakan 5 personel Kopasgat ini merupakan tim elite yang dipilh dari sekian personel Dalpur yang ada. Tugas utama Kopasgat dalam serbuan Linud di Baucau adalah merebut sasaran teknis dan fasilitas pendukung operasi penerbangan agar dapat digunakan sebagai pangkalan hadapan.

Sebagian besar keberatan ikut terjun dalam sortie 1 bersama Linud AD. Tidak ada alasan negatif yang mendasari pertimbangan mereka. Hanya kemungkinan terburuk yang membuat mereka mengurungkan niat bergabung. Bgai mereka, andaikan nanti harus gugur dalam penerjunan, biarlah gugurnya bersama rekan sendiri. Memang dalam sorti 1 ini Kopasgat hanya menerjunkan 5 personel Dalpur diantara 400-an personel Linud 328 dan Grup 1 Kopassandha. Mereka diterjunkan menggunakan 7 Hercules di DZ lapangan terbang Baucau menjelang pukul enam pagi waktu setempat. Dengan spesialisasinya sebagai pengendali pertempuran, tim kecil Kopasgat ini sudah mewanti-wanti dalam briefing pada sore harinya bahwa target mereka hanya satu, yaitu tower berwarna putih. Warna putih ini juga yang akhirnya memudahkan pilot dan para penerjun untuk mencapai titik pendaratan.

Penerjunan sortie 1 berlangsung aman, karena rupanya pihak musuh sudah melarikan diri sebelum penerjunan dilaksanakan. Hanya saja Fretilin juga cukup cerdik dengan meninggalkan belasan drum dan balok-balok kayu ditengah landasan untuk merintangi upaya pendaratan pesawat.

Penerjunan sortie ke 2 dilaksanakan satu jam kemudian dengan menggunakan enam Hercules. Dalam penerjunan ini turut diterjunkan 34 personel Tim Dallan dibawah pimpinan Kapten Psk.Rudolf Mallo dengan pasukan pemukul Yonif 401/Raiders dengan kekuatan 414 personel. Tim Dallan bertugas mengaktifkan lapangan terbang untuk bisa secepat mungkin digunakan sebagai pangkalan udara operasi. Menjelang pukul 11.30 WIT, dilaksanakan penerjunan sortie ke 3 dari lima Hercules. Pada sortie terakhir ini diterjunkan sebanyak 106 personel Satpur Kopasgat, 150-an personel dari Brigif-17/Kostrad, kemudian ditutup dengan satu hercules yang khusus menerjunkan logistik berupa amunisi, bahan makanan, radio PRC-77, dan senjata bantuan.

Sortie 2 dan 3 dilaksanakan pada hari menjelang siang, namun diperburuk karena cuaca berubah cukup ekstrim disertai hujan dan angin kencang. Titik penerjunan tertutup awan tebal sehingga menyulitkan pilot memilih DZ bagi peterjun. Namun karena ini terjun tempur dan bukan latihan, penerjunan tetap dilaksanakan apapun resikonya. Akibatnya, penerjunan sortie 2 dan 3 ini banyak anggota mengalami cedera. Angin kencang telah menyeret mereka hingga banyak yang mendarat di batuan karang. Kapten (Purn) PF.Rasiun dan Serma (Purn) Narto dari Tim Dallan menceritakan betapa kondisinya cukup mengenaskan karena banyak anggota yang cedera. Sebelum bergerak untuk konsolidasi, terlebih dulu mereka membantu rekan-rekan mereka yang cedera. Yang terluka cukup parah dan tidak bisa bergerak, diangkat dikumpulkan disatu tempat, diselimuti dan senjatanya dikokangkan untuk mempertahankan diri sampai suasana tenang dan bantuan kesehatan tiba. Barulah setelah itu Tim Dallan bergerak kearah tower dan disana bertemu dengan Tim Dalpur yang diterjunkan pada sortie 1. Sampai satu dua hari kedepannya, Satgas B masih disibukkan dengan konsolidasi dan menemukan anggota yang belum berkumpul.

Pada detik-detik setelah mendarat dan menjelang konsolidasi, suasananya berubah menjadi semrawut dan tidak terkendali. Tembakan gencar terdengar dari semua arah, peluru berdesingan dari segala penjuru. Suara campuran AK-47 dan AR-15 juga G3. Kapten Psk.Budhy Santoso merayap perlahan-lahan mengamati suasana, bukan karena takut dengan peluru Fretilin tapi tidak mau celaka terkena peluru nyasar teman sendiri. Saat merayap itu pula Budhy sempat melihat tiga orang Fretilin lewat tidak jauh dari posisinya. Luka yang dideritanya karena mendarat dibatu karang membuatnya terlambat masuk ke titik konsolidasi. Saat jatuh, Budhy berusaha melindungi kakinya dan memilih mengorbankan ranselnya hingga pecah.

Secara umum penerjunana berlangsung aman karena rupanya musuh sudah meninggalkan Buacau. Beberapa mobil dan truk terlihat disekitar pangkalan, namun sepertinya sudah dirusak oleh Fretilin sebelum ditinggalkan. Base-ops pangkalan dalam keadaan kosong dan tidak ada peralatan yang bisa digunakan. Beberapa bagian dindingnya bolong dan pecah terkena tembakan. Disebuah hanggar, Kopasgat menemukan sebuah helikopter Aloutte III yang ditinggalkan begitu saja.

Pada hari H itu pula Budhy menyaksikan pemandangan yang tidak mungkin bisa dilupakan sepanjang hidupnya. Pasukan dari Batalyon 2 Pendarat Marinir yang didaratkan di Laga menggunakan KRI Teluk Langsa (501) dan KRI Teluk Kau (508), Tim Umi Kopassandha, Brigif 18 Kostrad, pasukan Kopassandha pimpinan Mayor Inf.Theo Syafei, dan Detasemen B Kopasgat yang diterjunkan dilapangan terbang, saling bertemu (linked-up) dilapangan terbang Baucau. Kapten Budhy diruangannya di base-ops pangkalan, menyaksikan momen yang sangat mengharukan sekaligus membanggakan karena membuktikan kemampuan TNI melakukan linked-up setelah didaratkan melalui tiga media. Letkol Inf.Soegiarto berpelukan dengan Mayor Inf.Yusman Yutam dari Kopassandha dalam suasana penuh haru.

Kolonel Inf. Dading Kalbuadi yang memakai topi coboy kebesarannya dan baju model G.I menghampiri Letkol Soegirto dan berkata,

"Tok, kita baru saja melaksanakan tahapan yang sangat penting dan paling sulit dalam perjalanan operasi gabungan, linked-up operation. Kota Baucau sudah saya rebut, silahkan kamu kesana dalam keadaan aman." Keduanya berpelukan haru dan menitikan air mata. Tak lama kemudian Letkol Soegiarto menggerakkan pasukannya memasuki Baucau.


KEMBALI KE MARKAS
Setelah enam bulan melaksanakan tugas di Timtim, semua pasukan yang dikirim pada gelombang serbuan pertama 7 Desember dikembalikan kepada induk pasukannya masing-masing. Karena semua pasukan berasal dari Jawa, perjalanan pulang dilakukan dengan menumpang kapal laut dengan transit Surabaya sebelum menuju ke Jakarta. Bersama pasukan lainnya dari TNI-AD, Kopasgat diberangkatkan menggunakan kapal KM Sawo milik Pelni yang dimiliterisasi.

Setelah berlayar selama 5 hari, kapal akhirnya tiba di Surabaya pada 16 Mei dan sandar seharian untuk menurunkan pasukan dan peralatan dari Brigif 18/Kostrad. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh seluruh prajurit tujuan Jakarta untuk turun ke darat. Mereka memanfaatkan waktu luang ini untuk bersenang-senang atau membeli oleh-oleh. Sungguh suasana yang menyenangkan dan mengendurkan urat saraf setelah 6 bulan tidak bersentuhan dengan dunia luar. Karena sebagian personel masih gondrong dan belum merapikan diri, Nanok sebagai komandan kompi sampai mengeluarkan ancaman untuk tidak mengizinkan berangkat pulang kepada anak buahnya yang masih berambut panjang.

Setibanya di Priok pada 18 Mei, mereka sudah dijemput truk Kopasgat yang kemudian membawa mereka ke Wing 2 di Halim. Disini dilakukan upacara penerimaan oleh DanKopasgat Marsma TNI Suprantijo. Setelah itu pasukan yang berasal dari Wing 1 diberangkatkan ke Bandung. Suasana penyambutan di Wing 2 tidak kalah harunya. Sebabnya bagi hampir seluruh personel yang diberangkatkan ke Timtim, penugasan ini adalah merupakan operasi tempur pertama bagi mereka. Hanya segelintir saja dari mereka yang pernah dikirim ke Klaimantan dalam operasi penumpasan PGRS/Paraku. Termasuk Nanok, Operasi Seroja adalah debutnya dalam operasi militer. Bersambung...


Demikianlah Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 6) Mudah - mudah bermanfaat buat sahabat sekalian.

Jika Anda menyukai Artikel di Website ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan GRATIS via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Inspirasi Tanpa Henti

Di Tulis Oleh : Admin

Anda Baru saja membaca artikel Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 6) ,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 6) ini bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 6) sumbernya. Terima kasih.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Yang Bijak dan Bermanfaat

 

© 2013 Inspirasi Tanpa Henti. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top