20 October 2014

Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 2)

7:56 PM

L D K
Karbol AAU yang masuk tahun 1966 ini kemudian disebut sebagai Angkatan 69 mengikuti tahun kelulusan mereka yaitu tahun 1969. Suasana politik yang tidak menetu dalam negeri, ditambah pekik perang yang dikumandangkan Presiden Soekarno dalam kampanye Trikora dan Dwikora telah membawa imbas kepada TNI. Ancaman perang dengan Belanda disusul dengan Inggris dalam Dwikora, memaksa pemerintah kala itu mengenjot penambahan perwira di ketiga angkatan dan Polri. Selain untuk alasan perang, puluhan alutsista yang didatangkan oleh AURI dari Soviet, Polandia, Chekoslovakia dan China jelas harus diawaki. Itulah sebanya mengapa jumlah perwira dari Angkatan 67 dan 68 sangat banyak. Rata-rata disetiap Angkatan meluluskan sekitar 400-an perwira remaja. Khusus Angkatan 68 bahkan mencapai 430 orang.

Bagi Nanok dan kawan-kawannya, jumlah yang besar ini jelas membuat tidak nyaman. Bayangkan, dengan perbandingan angkanya saja bisa terjadi satu Karbol Angkatan 69 ditangani oleh oleh dua Krabol Angkatan 68. Itulah tembok tinggi yang harus dilalui oleh Angkatan 69 yang tidak hanya terjadi selama masa pendidikan di AAU akan tetapi juga lanjut hingga saat kedinasan.

Latihan Dasar Kemiliteran dilaksanakan selama 5 bulan di basis AAU. Selama 5 bulan itu, materi yang diberikan diarahkan kepada pengenalan dan pemahaman tentang dasar-dasar kemiliteran mulai dari baris berbaris, pengenalan senjata, potong kompas, hingga long march. Materi akademis sama sekali belum disentuh. Dalam kehidupan sehari-hari selama LDK, Karbol juga dibiasakan dengan tatanan militer yang ketat, khususnya soal disiplin. Mereka diharuskan melayani seniornya, termasuk saat akan makan. Kemungkinan kesalahan akan selalu terjadi, atau bisa juga kesalhan dicari-cari oleh senior, yang ujungnya adalah hukuman. Mereka juga diwajibkan jaga piket. Drai fase-fase pertama ini diharapkan para Karbol mulai memahami kehidupan di militer yang penuh dengan disiplin dan hirarki ketat antara senior dan yunior. Dalam fase ini mereka diberi pangkat Prajurit Taruna Karbol.

Untuk program ekstrakurikuler dan tata kehidupan di AAU, ditangani oleh Resimen Karbol yang waktu itu Komandan Resimen dijabat oleh Mayor Pnb. Sudjatio Adi. Sedangkan intern Karbol dibentuk Resimen Korps Karbol beranggotakan para Karbol Senior. Saat itu Komandan Resimen Korps Karbol dipegang oelh Sersan Mayor Udara Karbol Ignatius Basuki dari Angkatan 66.

Akhirnya LDK yang melelahkan selama 5 bulan berakhir sudah, dan dilanjutkan dengan Latihan Berganda.


WABAH BERI-BERI
Buruknya asupan gizi yang diterima Karbol ini akhirnya berakibat fatal. Hampir sebagian Karbol diagnosa terkena penyakit beri-beri. Kasus ini terungkap secara tidak sengaja saat dilaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dilapangan upacara yang dikenal dengan nama ground parade AAU.

Gara-garanya seorang Karbol senior, Sermatar Karbol Affendi melihat bahwa calon Karbol kok lemes-lemes dan berdirinya seperti sempoyongan, tidak gagah seperti yang diharapkan. Lalu para Karbol senior memerintahkan yuniornya untuk membuka sepatu. Benar saja, terlihat diantara Karbol banyak yang kakinya pada bengkak, diduga Pratar Karbol ini terkena beri-beri. Kejadian ini segera dilaporkan ke Resimen Karbol yang selanjutnya diadakan pemeriksaan kesehatan. Secara gampang, beri-beri dapat dideteksi dengan cara menekan-nekan permukaan kulit seperti gerakan memijit. Bagi yang terkena beri-beri, biasanya bagian kulit yang ditekan tidak akans egera kembali keposisi semula alias tetap mblesek.

Kaget dengan temuan ini, Resimen Krabol segera melaporkan temuan itu kepada Gubernur AAU. Dokter pun langsung dikirim untuk melakukan pemeriksaan. Benar saja, hasil pemeriksaan dokter kemudian menyatakan bahwa lebih dari separuh Karbol yang sedang menjalani LDK terkena penyakit beri-beri. Mako AAU segera mengambil tindakan dengan memberikan pengobatan terhadap para Karbol. Karena memang tidak ada obat khusus untuk penderita beri-beri selain segera memperbaiki asupan gizinya, langkah kedalam pertama yang dilakukan AAU adalah melakukan pembenahan dibagian pengurus makanan Karbol. Entah ada hubungannya atau tidak, tidak lama kemudian ada pergantian personel dibagian Pemeliharaan Personel AAU.

Dapur rupanya telah menjadi sumber korupsi dengan terjadinya permainan dalam pembelian bahan makanan. Kualitas dan kuantitas makanan dipermainkan dengan mengorbankan jumlah asupan gizi yang semestinya diterima oleh Karbol. Kurangnya memakan daging membuat para Karbol mengalami kondisi gizi buruk. Bagian pemeliharaan personel adalah unit yang dituduh melakukan kecurangan.

Tindakan korektif tidak hanya dilakuakn oleh pihak Mako AAU. Para Pratar Karbol pun dilibatkan dalam proses pembenahan. Nanok dan teman-temannya kebagian tugas piket dapur dengan tanggungjawab mengawasi proses masak memasak agar tidak terjadi lagi penyimpangan. Bagi yang Piket diberi tanda khusus sabuk bertuliskan DC (Dinas Chusus) dilengan kirinya.

Setelah kejadian itu, secara beransur-ansur mulai ada kualitas penambahan asupan gizi. Setidaknya mulai ada daging, ayam, atau telur dalam menu makanan yang disajikan. Bisa dikata sejak peristiwa itu, urusan gizi dalam makanan sudah membaik, meski masih jauh dari ideal.


LATIHAN BERGANDA BERUJUNG PETAKA
Dilaksanakan secara simultan setelah LDK, Latihan Berganda (LB) dilaksanakan diawal JUli 1966 selama 6 hari di dua tempat yaitu Congot dan Kaliurang. LB sesuai dengan namanya adalah jenis latihan yang dilaksanakan didua medan yaitu darat dan perairan dengan sasaran akhir agar peserta memahami pola operasi di berbagai medan dan sebagai akumulasi dari latihan-latihan sebelumnya, baik secara perorangan maupun beregu.

Pada hari ke-3 di Congot, calon Karbol mengikuti materi pengenalan menembak senjata kelompok. Sebagai senjata demonstrasi digunakan sebuah recoilless gun buatan China. Senjata sepanjang 2 meter tersebut mempunyai ciri khas tidak bergerak apabila ditembakkan karena ada semburan api ke belakang sebagai penyeimbang.

Memang recoilless gun adalah sistem senjata peluncur hulu ledak isian tabung hampa yang mengaplikasikan prinsip senjata tanpa tolak balik. Senjata ini ber Type 65 kaliber 82mm, yang mrupakan kopian dari B-10 Soviet. Senjata ini memiliki berat 28.2 kg dan dilengkapi tripod serta tidak memeliki roda penarik seperti halnya B-10.

Dalam penembakan hari itu, para Karbol dipecah kedalam dua kelompok, masing-masing disisi kanan dan kiri senjata. Sebelum ditembakkan, pelatih persenjataan Lettu Sen.Abdulrahman meyakinkan kembali bahwa senjata sudah aman, sejauh tidak ada yang berdiri dibelakang senjata. Saat itu Nanok berdiri disisi kiri senjata, setelah persiapan selesai, saat-saat penembakan pun akan segera dimulai. Ketika itulah kemudian Nanok beringsut kesamping menjauh dari posisi senjata, sementara teman-temannya yang lain seperti membeku pada posisinya.

10, 9, 8, 7.......Booomm!!
" Aduhhhh..!"
"Tolong...tolong....!"
Suara menggelegar memecah keheningan Pantai Congot, namun disertai jeritan minta tolong yang menyayat hati.

"Tolong...tolong....!"
Terdengar suara Karbol berteriak meminta tolong namun tidak jelas siapa karena penglihatan terhalang oleh asap dan debu pasir yang beterbangan. Para Karbol berlarian mencari asal suara.

Akhirnya mereka menemukan pemandangan yang mengenaskan. Beberapa rekan mereka terkapar berlumuran darah disamping senjata yang masih mengepul. Ternyata peluru recoilless gun meledak sekitar beberapa meter didepan laras sehingga pecahannya langsung menghantam tubuh para Karbol yang berdiri di kiri dan kanan senjata. Impak proyektil itu juga mengakibatkan berhamburannya pasir pantai yang kemudian turun seperti hujan. Dalam tragedi ini, tercatat 14 Pratar Karbol menjadi korban dimana tiga diantaranya meninggal dunia. Nanok untung saja beringsut menjauh disaat-saat terakhir, jika tidak mungkin saja dia juga menjadi korban. Korban yang terluka segera dilarikan ke RS.Bethesda di Yogyakarta. 2 Pratar Krabol meninggal dunia ditempat kejadian, sementara Pratar Karbol Nana Suganda menghembuskan nafasnya dalam perjalanan ke RS.Bethesda.

Saat itu Resimen Karbol AAU telah menyiapkan 4 peti jenazah, untunglah hanya terpakai 3 saja. Peti terakhir sedianya disediakan untuk Pratar Karbol Soeprijatmo, yang sudah sempat menerima sakramen minyak suci, sebuah ritual keagamaan bagi penganut Roma Katholik untuk umatnya yang diprediksi akan meninggal dunia.

"Saya tahu saya terluka parah dan mengeluarkan banyak darah, saya hanya berguman dalam hati, darah saya cukup ngga sampai ke Bethesda?" kenang Marsekal Pertama (Purn) I.Soeprijatmo 34 tahun kemudian. Sebagai asli Jogja, Soeprijatmo tahu pasti berapa lama waktu yang dibutuhkan berkendara dari Pantai Congot di Selatan ke RS.Bethesda.

Peristiwa Congot ini dikemudian hari tidak pernah bisa dilupakan oleh Angkatan 69, karena menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan karir mereka. Adapun nama lengkap Karbol yang menjadi korban dalam peristiwa Congot adalah :
- Prajurit Taruna Karbol Imam Suhadi ( Gugur )
- Prajurit Taruna Karbol Eliza Suprapto ( Gugur )
- Prajurit Taruna Karbol Nana Suganda ( Gugur )
- Prajurit Taruna Karbol Mochammad Gazi ( Terluka )
- Prajurit Taruna Karbol Hari Suhardjo ( Terluka )
- Prajurit Taruna Karbol Ignatius Soeprijatmo ( Terluka )
- Prajurit Taruna Karbol Amir Damiri ( Terluka ) : ( Kakak Mayjen Purn. Adam Damiri )
- Prajurit Taruna Karbol Saliman Sudjoko ( Terluka )
- Prajurit Taruna Karbol Munir Umar ( Terluka )
- Prajurit Taruna Karbol Kashmir KW. ( Terluka )
- Prajurit Taruna Karbol Imam Subagyo ( Terluka )
- Prajurit Taruna Karbol Abudin Nawawi ( Terluka )
- Prajurit Taruna Karbol Andi Zainuddin ( Terluka )
- Prajurit Taruna Karbol Darno ( Terluka )

Tidak jauh dari Pantai Congot mengalir Sungai Bogowonto yang airnya bermuara ke Samudera Hindia. Selain menjadi tempat mendirikan tenda selama latihan dan tempat mandi karbol usai latihan, disungai ini juga diadakan latihan regu dan bivak. Bnayak kenangan kebersamaan diantara para Karbol selama masa singkat berlatih di Congot. Disambung kenangan duka atas gugurnya tiga rekan mereka dan masa-masa indah kenangan selama 2 hari, meninggalkan kesan mendalam bagi Angkatan 69 terhadap Bogowonto. Pada tahun 1985, akhirnya mereka sepakat dengan menamakan komunitas alumni AAU 1969 dengan nama Paguyuban Bogowonto 69.

Meski bersedih, the show must go on. Tak lama kemudian para Karbol melaksanakan long march ke Kaliurang, yang merupakan fase terakhir dari LB. Di Kaliurang dilaksanakan materi perang hutan di medan pegunungan yang dingin dan basah seperti turun tebing dan sebagainya. Selesai di Kaliurang, tidak serta merta naik truk kembali keasrama, tetapi diturunkan di dekat Hotel Ambarukmo. Disini telah siap Drumband AAU yang menjemput yuniornya menuju asrama Karbol yang berjarak sekitar 10 kilometer.

Jika dihitung sejak masuk pendidikan di bulan Februari 1966, berarti sekita 6 bulan para Karbol muda ini digojlok habis-habisan oleh pelatih dan senior mereka. Selama itu pula mereka tidak berhubungan sama sekali dengan dunia luar. Dari awalnya seorang civilian yang lugu dan cengengesan, pendidikan keras selama enam bulan itu akhirnya mengubah mereka menjadi lebih tegas, gagah, dan berkarakter.

Setelah kembali ke basis di AAU, untuk selanjutnya latihan Dasar Kemiliteran ditutup secara resmi dan semua Pratar Karbol mendapat kenaikan pangkat menjadi Kopral Taruna Karbol. Diakhir penutupan upacara kemudian diumumkan bahwa semua Karbol mendapat cuti selama 1 minggu penuh.

Alangkah lelahnya...

Ibu, Ayah....anakmu akan pulang...Anakmu kini sudah menjadi "orang".



Demikianlah Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 2) Mudah - mudah bermanfaat buat sahabat sekalian.

Jika Anda menyukai Artikel di Website ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan GRATIS via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Inspirasi Tanpa Henti

Di Tulis Oleh : Admin

Anda Baru saja membaca artikel Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 2) ,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 2) ini bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Kisah Sejati Pasukan Paskhas TNI AU - Nanoek Soeratno (Bagian 2) sumbernya. Terima kasih.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan Berkomentar Yang Bijak dan Bermanfaat

 

© 2013 Inspirasi Tanpa Henti. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top