Mbok-Mbok dan Mbak-Mbak Berjasa Besar Agar Pejuang Tidak Loyo
Selain arek-arek Suroboyo yang terlibat langsung dalam pertempuran melawan Inggris, peran sejumlah Mbok-mbok (ibu-ibu) dan Mbak-mbak selama pertempuran 10 Nopember 1945 tidak dapat diabaikan. Selain sebagai tenaga medis yang merawat para pejuang yang terluka, yang tak kalah penting adalah peran mereka di dapur umum.
Ibu kosan saya yang pertama (selama kuliah, saya beberapa kali pindah kos-kosaan) saat saya kos di Jl. Karangmenjangan Gang II adalah salah seorang yang pada pertempuran 10 Nopember turut terlibat dalam pertempuran sebagai tenaga di dapur umum.
Saat itu umur dia belumlah mencapai 20 tahun. Dia sengaja tidak ikut mengungsi keluar dari Surabaya meski dia tahu bom, mortir, atau tembakan senapan mesin Inggris tidak pandang bulu apakah pejuang bersenjata ataukah mbok-mbok renta. Dia sengaja tetap tinggal di Surabaya, dengan mengambil resiko yang sangat besar, karena ingin turut membela kehormatan dan kemerdekaan bangsa.
Selain arek-arek Suroboyo yang terlibat langsung dalam pertempuran melawan Inggris, peran sejumlah Mbok-mbok (ibu-ibu) dan Mbak-mbak selama pertempuran 10 Nopember 1945 tidak dapat diabaikan. Selain sebagai tenaga medis yang merawat para pejuang yang terluka, yang tak kalah penting adalah peran mereka di dapur umum.
Ibu kosan saya yang pertama (selama kuliah, saya beberapa kali pindah kos-kosaan) saat saya kos di Jl. Karangmenjangan Gang II adalah salah seorang yang pada pertempuran 10 Nopember turut terlibat dalam pertempuran sebagai tenaga di dapur umum.
Saat itu umur dia belumlah mencapai 20 tahun. Dia sengaja tidak ikut mengungsi keluar dari Surabaya meski dia tahu bom, mortir, atau tembakan senapan mesin Inggris tidak pandang bulu apakah pejuang bersenjata ataukah mbok-mbok renta. Dia sengaja tetap tinggal di Surabaya, dengan mengambil resiko yang sangat besar, karena ingin turut membela kehormatan dan kemerdekaan bangsa.
Waktu saya tanya apakah dia tidak takut saat itu, dia mengatakan:”Tentu saja ada rasa takut, lha wong bom Inggris jedhar-jedher nggak kenal waktu dan tempat.”. Alasan dia untuk tetap tinggal dengan mengesampingkan rasa takutnya adalah:”Sak’no arek-arek sing melu perang iku. Arek-arek iku wis totoan nyowo ngadepi Inggris, gak tentu istirahat utowo turune, mosok dijarno luwe”.(Kasihan para pemuda itu. Para pemuda itu sudah bertaruh nyawa menghadapi Inggris dengan tak tentu istirahat atau tidurnya, masak dibiarkan kelaparan). Sederhana, namun berkat peran para Mbok-mbok dan mbak-mbak diseantero Surabaya, di seluruh lini pertempuran, arek-arek Suroboyo sanggup memberikan pelajaran yang sangat pahit kepada pasukan Inggris yang sebagian diantaranya baru saja memenangkan pertempuran brutal di El Alamein
Dari dapur umum, logistik kemudian merembes ke lini-lini pertahanan arek-arek Suroboyo agar mereka tidak loyo karena kelaparan saat bertempur melawan pasukan Inggris.
Mengenai bahan pangan, ibu kosan saya mengaku tidak tahu persis. Tahunya, dia ikut memasak dan membungkus makanan. Cuman, dia sering dengar ada kiriman beras atau bahan pangan lainnya untuk para pejuang dari kota-kota sekitar Surabaya seperti Pasuruan, Probolinggo atau daerah lainnya di Jawa Timur. Bantuan-bantuan itu (termasuk bantuan personel tempur) kian memperkuat semangat mereka dalam menghadapi Inggris, karena mereka tahu bahwa saudara-saudara sebangsa mereka, tidak membiarkan mereka berjuang sendirian menghadapi makelar penjajah Belanda (Inggris) yang pingin menjarah kembali kemerdekaan Indonesia..
Pertempuran 10 Nopember memang seperti kenduri kampung, semua ikut serta, tidak mau ketinggalan dengan pelbagai peran mereka. !
Panser Itu Bermanuver Seperti Orang Mabuk
Sebagian besar para pejuang yang turut dalam pertempuran 10 Nopember adalah milisi-milisi, yang sebelum pecah perang belum pernah memegang dan mempergunakan senjata api, apalagi mortir dan panser. Anggota dari satuan-satuan yang dianggap militer professional pun belum tentu mahir semua dalam mengoperasikan senjata berat. Memang ada anggota PI atau TKR yang mampu mengoperasikan mortir atau panser dengan baik, tapi ada juga yang benar-benar masih perlu banyak belajar lagi.
Sebagai misal saat terjadi perundingan pada tanggal 30 Oktober antara pemimpin Pusat dan Jawa Timur dengan pimpinan militer Inggris yang dipimpin oleh Mayjend Hawthorn. Entah terpancing oleh bunyi tembakan-tembakan meriam dari kapal perang Inggris, atau untuk balik menggertak pasukan Inggris, komandan TKR dan PI mengerahkan panser yang dimilikinya di sekitar lokasi perundingan. Namun berhubung ada yang belum terlalu mahir nyetir panser, jadilah panser itu berjalan seperti orang mabuk. Muter-muter gak karuan, maju mundur entah mau kemana. Pokoknya, panser itu bergerak dengan maneuver yang barangkali tidak ada dalam manual cara menyetir panser yang baik dan benar.
Namun begitu, maneuver panser bak orang mabuk itu boleh juga untuk unjuk kekuatan tepat di depan mata Panglima Jawa-Bali Inggris.
Sweet Revenge Untuk Kempetai
Bagi arek-arek Suroboyo, markas kempetai adalah simbol praktek jahiliah Jepang terhadap rakyat Indonesia. Di markas itulah segala bentuk kekejaman Kempetai Jepang terhadap rakyat Indonesia berlangsung. Tak terhitung banyaknya arek-arek Surabaya yang tewas karena penyiksaan oleh anggota Kempetai.
Rasa permusuhan arek-arek Suroboyo makin menjadi-jadi karena anggota Kempetai ndablek tidak segera menyadari perubahan politik yang terjadi disekitarnya. Mereka secara eksplisit tidak mengakui kenyataan bahwa sebuah negara berdaulat telah lahir. Dengan dalih tunduk pada ketentuan dalam perjanjian kapitulasi tanpa syarat Jepang terhadap Sekutu, anggota kempetai tidak mau mengakui lambang-lambang kedaulatan Indonesia. Selain itu, kehadiran anggota Kempetai yang masih bersenjata lengkap, dapat menjadi ”petasan dalam saku celana” yang sewaktu-waktu bisa meledak dan menimbulkan luka bagi perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Sikap Kempetai ini bermuara pada satu hal bagi para pemimpin arek-arek Suroboyo: cukuplah bagi Kempetai. Maka diputuskanlah untuk menyerang dan menghancurkan markas Kempetai. Agar serangan lebih memiliki daya rusak lebih hebat, ada pasukan yang membawa bom yang biasa dijatuhkan dari pesawat seberat sekitar dua ratus lima puluh kilogram. Bom itu secara perlahan digeser mendekati ke arah markas Kempetai. Namun tidak mudah untuk mendekati markas Kempetai dan kemudian meledakkan bom itu.
Pasukan Kempetai yang memang terkenal personel pilihan, tidak gampang menyerah begitu saja meski markasnya telah dikepung arek-arek Suroboyo. Mereka pun berusaha keras untuk mempertahankan markas mereka. Mengetahui bahwa ada bom dengan potensi daya ledak yang hebat sedang dibawa ke markas mereka, anggota Kempetai matian-matian menghambat pergerakan bom itu dengan menembaki para pembawa bom. Kempetai nampaknya tidak berani menembaki bom yang dibawa oleh para pejuang, mungkin takut dengan efek ledakannya.
Satu demi satu pejuang yang bertugas membawa bom gugur atau terluka oleh tembakan anggota Kempetai. Namun, begitu ada yang gugur atau terluka, dengan segera akan selalu ada seseorang yang bergegas mengambil alih membawa bom. Begitu seterusnya korban terus berguguran, tapi pembawa bom silih berganti muncul. Arek-arek Suroboyo benar-benar bertarung seperti banteng ketaton (banteng terluka). Tak jarang pejuang berikutnya yang mengambil alih membawa bom merangkak di atas tumpukan jenasah rekan-rekan seperjuangannya yang sebelumnya membawa bom. Banjir darah segar para syuhada bangsa deras mengalir menggenangi jalan. Tapi arek-arek Suroboyo pantang surut, terus maju mendekati markas Kempetai.
Hingga akhirnya....Bom itu pun berhasil mencapai tempat yang diinginkan. Selanjutnya...jedhueerrr....! Markas Kempetai, lambang kekejian paripurna pasukan Jepang, berhasil dijebol. Terbang pula semangat pasukan Kempetai. Gema takbir bergema dimana-mana diselingi teriakan-teriakan ” Maatekk ! Koen...C*k...!” (Mampuslah ! Kau...). Pasukan Kempetai yang dimasa lalu terdengar namanya saja disebut membuat bergidik banyak orang, akhirnya harus mengakui ketangguhan bertempur arek-arek Suroboyo.
Untuk mengenang peristiwa yang sangat heroik dan berdarah itu, pemerintah mendirikan Tugu Pahlawan tepat di lokasi bekas markas Kempetai. Jika melintas atau mengunjungi Tugu Pahlawan, ingatlah selalu pengorbanan besar para syuhada yang gugur saat menyerang markas Kempetai. Bersambung...
Demikianlah Cerita Menarik di Balik Pertempuran 10 November Surabaya - (Bagian 2) Mudah - mudah bermanfaat buat sahabat sekalian.
Jika Anda menyukai Artikel di Website ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan GRATIS via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Inspirasi Tanpa Henti
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Berkomentar Yang Bijak dan Bermanfaat